
Aeropress Movie adalah sebuah film bergenre dokumentari yang diproduksi oleh European Coffee Trip, yang menceritakan tentang awal mula terciptanya alat Aeropress dan kemudian berkembang menjadi salah satu alat pembuat minuman kopi paling favorit di dunia perkopian.
Aeropress ini merupakan hasil pemikiran dan olah tangan seorang inventor atau pencipta dan juga insinyur asal Amerika Serikat bernama Alan Adler. Dia terkenal sebagai sosok pencipta yang sudah memiliki lebih dari 40 buah hak paten dari berbagai macam ciptaan nya, mulai dari menciptakan sistem instrumentasi untuk pesawat militer, reaktor nuklir kapal selam, serta lensa paraboloid untuk teleskop. Tak hanya itu, Alan Adler juga menciptakan instrumen musik seperti seruling dan mainan berbentuk lingkaran seperti frisbee yang dinamakan AeroBie.
Kemunculan Aeropress ini dimulai dari saat Alan mencicipi kopi untuk pertama kalinya dari kopi yang diseduh dengan menggunakan alat percolator atau lebih dikenal sebagai “Moka Pot”, yang menurut Alan rasa kopi nya sangat pahit atau “over extracted”. Tak lama kemudian, muncul lah sebuah ide untuk Alan dalam menciptakan sebuah alat penyeduh kopi yang mengambil inspirasi dari manual brewing, namun dengan waktu ekstraksi yang lebih singkat untuk meminimalisir potensi over-extract tersebut.
Layaknya seorang pencipta sejati, Alan bekerja dengan cepat untuk memulai eksperimen-eksperimen, dimulai dengan mensketsa sebuah alat berbentuk seperti tabung yang memiliki sebuah titik ruang yang kedap udara dengan tujuan untuk menciptakan tekanan yang akan mendorong air seduhan mengalir melalui bubuk kopi dibawahnya.
Tidak kurang dari 35 jenis prototipe pun diciptakan oleh Alan dalam periode 2 dekade, yang dimulai dari tahun 1984 hingga tahun 2004. Lalu pada tahun 2005, teman Alan yang bernama Kyra Kennedy yang juga merupakan CEO dan co-founder Baratza, sebuah perusahaan yang berkutat dalam bisnis mesin penggiling kopi, mengajak Alan untuk berkerjsama dalam sebuah konvensi SCAA (Specialty Coffee Association of America) yang diadakan di Charlotte untuk membuka booth dan memperkenalkan Aeropress ini kepada para pengunjung. Tidak hanya membuka booth, Alan juga menyeduh kopi dengan sajian espresso dengan menggunakan Aeropress ini untuk pertama kalinya kepada sebuah massa. Beberapa orang yang mencicipi nya mengatakan bahwa "Espresso yang dihasilkan dengan Aeropress ini enak namun masih tetap lebih enak espresso yang diseduh oleh mesin seperti La Marzocco".
Tidak mau menyerah, Alan masih ingin membuktikan bahwa kopi espresso yang diseduh dengan Aeropress nya bisa lebih enak dibandingkan dengan kopi yang diseduh mesin. Alan pun menyelenggarakan sebuah blind test untuk para juri yang hadir di konvensi tersebut, dan hasilnya membuktikan bahwa setengah dari mereka lebih memilih espresso yang diekstraksi oleh Alan dengan menggunakan Aeropress ini.
Dari sini lah, massa pun menjadi penasaran akan ciptaan Alan tersebut, dan dalam kurun tiga tahun atau memasuki tahun 2008, Aeropress pun menjadi pilihan alat penyeduh kopi favorit terbaru di kalangan pencinta kopi, khususnya kopi specialty.
Perjalanan aero-press berkembang dari Amerika Serikat hingga mencapai benua Eropa, dimana kemudian kita bertemu dengan Tim Wendelboe di Oslo, Norwegia. Tim Wendelboe adalah sesosok figur yang terkenal di dunia perkopian Oslo, karena ia juga merupakan pemenang kompetisi WBC (World Barista Championship) tahun 2004 dan juga WCTC (World Cup Tasting Championship) tahun 2005. Ia juga merupakan pendiri roastery ,kafe, serta sekolah perkopian paling terkenal di Oslo yang juga dinamakan Tim Wendelboe.
Disini, Tim menceritakan tentang pertama kalinya ia menggunakan aero-press di kafe nya pada tahun 2009. Sebelum menggunakan aero-press, Tim biasanya menyajikan kopi yang diseduh dengan French-press dan Clover Machine. Setelah mendapatkan ketertarikan penuh dengan menggunakan aero-press ini, Tim pun menjadikan Aeropress sebagai alat penyeduh kopi utama di kafe nya. Tak hanya itu, Tim Wendelboe beserta tim-nya (no pun intended), mempunyai ide untuk menyelenggarakan brewing competition menggunakan Aeropress ini. Kompetisi pertama pun dimulai dan dilaksanakan dengan skala kecil dengan hanya tiga peserta di kafe nya. Kemudian, pemenang dari kompetisi kecil ini kemudian bertanding di konvensi WBrC (World Brewing Chammpionship) yang diadakan di London tahun 2010 dengan membawa Aeropress ini.
Hasilnya pun cukup menarik perhatian banyak pengunjung, terutama perhatian Tim Williams dan Tim Varney, yang kemudian menjadi duo pelopor WAC atau World Aeropress Championship. Berkat terciptanya ajang kompetisi khusus Aeropress ini, semakin ramai yang dapat mengenal alat seduh unik ini dan Aeropress pun semakin terkenal dan sekarang, Aeropress sudah terjual di berbegai negara. Pun semakin banyak para barista yang menjadikan ajang WAC ini sebagai tempat mereka berkompetisi, terlebih karena kompetisi Aeropress ini mempunyai suasana yang lebih ringan dan tidak seserius ajang kompetisi-kompetisi pada umumnya.
Ajang kompetisi WAC pun juga semakin berkembang, pertama dimulai di Melbourne (Australia) hingga kompetisi WAC internasional yang terakhir dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan tahun 2018 kemarin.
Mengutip dari situs resmi World Aeropress Championship: “At it’s heart, The World Aeropress Championship exists to bring together coffee-loving people in an open, inclusive and fun environment”.
Akhir kata, perjalanan Aeropress yang diceritakan di film dokumentari ini sangat menarik perhatian dan membuka mata, serta menciptakan sebuah keinginan bagi yang sudah menontonnya untuk juga menyelami dan berekplorasi didalam dunia Aeropress ini, seperti yang juga sangat dirasakan oleh penulis review ini.
Apakah kalian sudah menyiapkan diri untuk World Aeropress Championship 2019 yang akan datang ini?
Tags: ALL COFFEE